GAGAL adalah kata yang sering menjadi ketakutan bagi kebanyakan orang. Ada beberapa orang yang merasa takut untuk melangkah karena khawatir gagal. Terutama apabila ada pengalaman masa lalu yang pernah dialami untuk kegagalan sehingga itu menjadi sesuatu yang dikhawatirkan akan terjadi lagi. Pernahkah mengalami saat membuat perencanaan bersama team, ada yang challenge bagaimana kalo gak berhasil? Pastinya kita akan merasa tidak nyaman karena belum dijalankan sudah ada yang berpikir kegagalan. Dan sering terpikir bahwa orang ini adalah jenis blocker dari kemajuan suatu team. Mengapa hal ini terjadi?
Saat seseorang mengalami kegagalan ada dua kemungkinan tindakan yang dilakukan. Ada orang yang bangkit dari kegagalan dan mengambil kegagalan itu sebagai pelajaran. Sebaliknya ada yang menganggap bahwa kegagalan itu adalah memang takdir dirinya dan merasa bahwa semua apa yang dikerjakan pasti gagal. Dalam bukunya yang berjudul Mindset, DR Carol S. Dweck menulis kegagalan adalah sebenarnya suatu tindakan, tetapi beberapa orang menganggap menjadi suatu identitas dirinya; a failure transformed from an action (I fail) to an identity (I am a failure).
Apabila seseorang sudah menyatakan bahwa identitas dirinya adalah kegagalan maka pola pikir seseorang akan berpikir bahwa apapun yang dikerjakan tidak akan berhasil. Dan itulah sebabnya saat orang ini bekerja dalam suatu team, dia adalah orang yang akan berpikir semua rencana pasti gagal. Karena itu merupakan identitas dirinya.
Bagaimana saat memiiki seseorang seperti itu di dalam satu team? Bahkan apabila itu adalah sang atasan yang berpikir seperti itu, karena kegagalan-kegagalan terjadi dalam beberapa kejadian di akhir-akhir ini. Maka yang harus dilakukan adalah melakukan proses antisipasi terhadap kegagalan tersebut. Saat membuat suatu perencanaan maka harus dilakukan proses Plan B untuk memastikan bahwa orang yang mempunyai pikiran terhadap kegagalan ini mengerti bahwa potensi gagal tersebut ada tetapi antisipasi sudah disiapkan untuk kegagalan tersebut.
Apa yang dapat dilakukan saat melakukan perencanaan dan antisipasi tersebut apabila bekerja dalam team? Dibawah ini adalah tips nya:
- Goal : Mengetahui tujuan dari perencanaan tersebut. Apa yang ingin dicapai dari kegiatan tersebut. Tujuan tersebut harus sangat jelas dan spesifik. Seluruh anggota team harus mempunyai gambaran jelas dan mempunyai tujuan yang sama. Semua tujuan harus tertulis dan dapat dilihat dengan mudah oleh semua anggota team. Bayangkan saja apabila seluruh team menaiki mobil tanpa mengetahui sebenarnya akan pergi kemana. Dan semua orang yang berada di mobil tersebut akan bergantian menyetir, sementara hanya satu orang yang mengerti tujuannya akan kemana. Maka saat orang yang menyetir tidak mengetahui tujuannya, yang pasti mobil akan berjalan tanpa arah. Jadi seluruh team dari leader hingga anggota team harus sangat mengerti tujuan yang ingin dicapai.
- Rencana: Membuat perencanaan yang melibatkan seluruh anggota team. Perencanaan yang dilakukan harus mempertimbangkan bahwa ada step-step yang harus dilakukan dan bukan akan langsung menuju tujuan. Seluruh anggota team harus bisa menikmati proses perjalanan. Apabila tidak bisa mengikuti proses perjalanan maka harus dipertimbangkan apakah anggota team tersebut dapat terus mengikuti perjalanan tersebut, terlebih lagi apabila anggota team tidak mengerti tujuan perjalanan tersebut. Bukan bermaksud meninggalkan di tengah jalan, tetapi harus ini adalah hasil kerja team dan bukan hanya satu orang.
Perencanaan ini juga harus mempertimbangkan semua aspek dan dampak yang akan terjadi dari goal yang akan dituju. Terutama adalah dampak bagi para stakeholder karena ini dibutuhkan untuk memastikan bahwa perencanaan ini dapat berjalan. Saat seseorang merasa bahwa dampak nya menguntungkan diri nya maka akan lebih mudah untuk membuat perencanaan berjalan untuk mencapai tujuan.
- Opsi: Seperti diinformasikan diatas bahwa terkadang ada orang-orang yang melihat bahwa kegagalan adalah suatu identitas. Dalam hal ini maka saat membuat perencanaan harus dipersiapkan opsi-opsi yang akan diambil apabila ada kemungkinan perjalanan tersebut tidak sesuai rencana.
Yang harus diingat adalah tujuan yang akan dicapai. Sehingga saat membuat opsi ada 2 kemungkinan:
- Banyak jalan menuju Roma. Tujuannya tetap ke Roma tetapi harus dipastikan bahwa kalau jalan ini tidak berhasil maka diperlukan jalan yang berbeda untuk menuju ke tempat tersebut
- Melakukan penyesuaian tujuan. Saat kita ingin menuju suatu tempat tetapi terlihat bahwa tujuan tersebut tidak bisa dicapai karena ada penghalang yang cukup besar dan tidak mungkin ditembus, maka kita harus menyesuaikan apakah tujuan yang diinginkan tersebut masih dapat dilakukan atau justru kita merubah tujuan menjadi “kota di sekeliling Roma” yang lebih mungkin dicapai.
Mengapa penyesuaian tujuan tersebut diperlukan? Karena ini bagian dari manage expectationi yang terkadang terlalu tinggi dan akhirnya saat tidak dapat tercapai maka kekecewaan menjadi pemicu untuk merasakan bahwa identitas diri adalah kegagalan dan bukan suatu tindakan.
- Waktu: Saat melakukan perencanaan maka harus dipastikan bahwa juga ditentukan timeline nya. Mengapa timeline ini perlu? Supaya bisa di lakukan proses cek dan evaluasi. Sehingga antisipasi kegagalan yang akan terjadi dan juga kemungkinan untuk segera melakukan proses penyesuaian bisa lebih cepat. Karena saat kita bisa lebih cepat melakukan antisipasi maka kekhawatiran terhadap kegagalan akan lebih mudah di antisipasi.
Semua proses di atas adalah untuk melakukan proses antisipasi untuk suatu ketidakberhasilan mencapai tujuan dari suatu team.
Bagaimana kalau itu adalah untuk diri kita sendiri? Maka proses nya juga sama, hanya dalam hal ini yang harus diantisipasi adalah diri kita sendiri. Tidak ada orang lain yang terlibat. Tetapi juga harus dipastikan bahwa dampak yang akan terjadi selain kepada diri sendiri juga memperhitungkan dampak bagi orang lain. Dan cara berpikir kita yang harus di pastikan bahwa adalah “TIDAK TAKUT GAGAL” tapi kita akan belajar dari kegagalan tersebut.
Semua rencana-rencana di atas harus dalam bentuk tulisan, bukan hanya ada di dalam pikiran seseorang. Mengapa? Saat semua rencana hanya ada di dalam kepala maka yang akan terjadi kita hanya membuat panca indra visual dan bukan yang lain. Tetapi saat kita membuat dalam bentuk tertulis maka panca indra yang digunakan adalah visual, auditory dan kinestetik. Makin banyak panca indra yang terlibat maka makin banyak kita bisa mengerti apa yang akan terjadi di dalam semua proses tersebut. Lebih mudah mengingat dan lebih mudah melakukan antisipasi. Lebih baik lagi apabila kita melakukan proses brainstorming bersama seseorang walaupun itu adalah untuk diri sendiri.
Saat bercerita kepada seseorang maka suara yang keluar dari mulut kita untuk mengatakan sesuatu akan mengirim signal kembali kepada otak kita. Ini adalah proses untuk mengolah cara berpikir dan memastikan pola pikir serta rencana kita berada di jalan yang benar.
Teknik diatas digunakan sebagai dasar saat melakukan sesi coaching. Seorang professional Coach akan membantu sang klien untuk bisa menjabarkan dan melakukan proses eksplorasi dari rencana yang ada termasuk kekhawatiran terhadap kegagalan. Seorang Coach akan melakukan proses penggalian dari sang klien untuk melihat opsi-opsi yang ada dan dimiliki untuk memastikan bahwa ada potensi sukses dari rencana tersebut dan bukan potensi kegagalan.
Kemudian apa yang terjadi saat semua rencana sudah dipersiapkan matang termasuk opsi-opsi yang dimiliki? Maka kembali lagi harus diingat bahwa “Manusia Berencana tetapi Tuhan Yang Menentukan”. Minimal kita pernah mencoba melangkah daripada hanya berdiam dan tidak mencoba melangkah. Kehidupan berjalan terus walaupun kondisi nya gagal atau sukses. Hanya tergantung dari diri seseorang yang menentukan apakah akan terus tenggelam dalam kegagalan tersebut. Atau bahkan terus menerus terlena dengan kesuksesan.
Tidak ada yang tidak mungkin dari kehidupan ini, tetapi yang tidak mungkin terjadi adalah kesuksesan saat seseorang tidak pernah memulai melangkah untuk menuju sukses.
Sugiarti Rosbak – Career & Business Coach
Ati
Related posts
Meet your Coach & Trainer
"The Best Way to Grow is using Your Own Potential" - Sugiarti Rosbak
Sugiarti, dikenal dengan Mbak Ati atau Bude Ati, memulai karir sebagai Professional Coach, Trainer dan Konsultan sejak 2020. Mengikuti purpose in life yaitu “To Grow the Tree”, Sugiarti melabel program yang ditawarkan dengan “Grow with Ati”. Sugiarti mempercayai bahwa proses membangun talent dan business sama dengan proses menanam pohon. Pohon akan bertumbuh apabila penanganannya tepat sesuai dengan potensi pohonnya. Demikian juga karir dan bisnis seseorang. Fokus Sugiarti adalah pada proses Career & Business Transition berdasarkan pengalaman pribadinya yang bertansisi dari karyawan perusahaan selama 30 tahun dengan membangun karir dan bisnis sebagai seorang freelancer. Pengalaman membantu karyawan bertransisi selama 20 tahun di dunia HR dan pengalaman membangun bisnis ini yang menjadi kekuatannya untuk bisa membantu klien nya dalam sesi-sesi Coaching dan Training yang dilakukan.
Let’s Grow Together with Sugiarti Rosbak
Categories
- Aktivitas (10)
- Business (14)
- Career (21)
- Personal Development (22)
- Talent & Organisation (8)
Social Media