Dalam kehidupan seseorang pernah menghadapi kondisi dimana tidak ada kepastian atau dalam kondisi darurat yang tidak menyenangkan, misal kondisi kemacetan lalu lintas yang luar biasa contohnya saat mudik. Ada reaksi bebeda-beda dari setiap orang saat menghadapi kondisi ini. Ada yang marah-marah menyalahkan keadaan, ada yang menyesali kenapa saya berangkat jam segini, coba kalo berangkat lebih pagi atau lebih siang, atau reaksi-reaksi lain lagi. Saya akan berbagi cerita mengenai apa sebenarnya yang dapat dilakukan saat kita menemui kondisi seperti ini, karena saya baru saja mengalami kondisi seperti ini.

Minggu lalu saat saya sekeluarga kembali dari perjalanan darat menggunakan mobil dari pulau Sumatra ke Jawa, kami menggunakan kapal ferry untuk penyeberangan pulau. Saat meninggalkan pulau Sumatra jam 10.45, kami termasuk penumpang terakhir yang memasuki kapal. Mobil kami adalah empat terakhir yang masuk kedalam kapal, dan kemudian kapal langsung berangkat. Saat kami mencapai area penumpang dan memasuki ruang tertutup, kami melihat bahwa kondisi ruang penumpang penuh, sehingga akhirnya kami memutuskan ke lantai yang lebih tinggi dimana itu adalah area terbuka dan kantin. Kami membuka bekal dan berfoto serta berpikir bahwa dalam satu jam kami sudah akan mencapai pulau Jawa untuk melanjutkan perjalanan ke rumah. Tetapi baru 10 menit kapal berjalan, mendadak kami merasa bahwa laju kapal menjadi pelan dan mendadak tanpa kami sadari kapal sudah menabrak pulau kecil di tengah laut. Tempat kapal kami kandas masih dekat dengan Pelabuhan Bakauheni Lampung. Dan dimulailah penantian untuk dapat melanjutkan perjalanan, tanpa tahu jam berapa kami bisa diselamatkan.

Saat kejadian itu terjadi dan posisi kami yang di atas di ruang terbuka, sehingga kami bisa melihat langsung pulau yang di tabrak. Tentunya reaksi orang berbeda-beda, ada yang langsung melihat ke depan kapal untuk melihat apa yang terjadi, ada yang langsung menerka-nerka apa yang terjadi, dan juga ada yang langsung marah-marah dan panik. Sementara yang kami lakukan adalah suami langsung menuju ruang tempat para teknisi kapal berkumpul dan bertanya apa yang harus dilakukan. Setelah mendapat penjelasan, kami langsung mempersiapkan diri untuk penantian untuk waktu yang panjang. Begitu pula beberapa jam kemudian, dan saat kapal sudah dapat melepaskan diri dari pulau, suami juga langsung ke bagian informasi dan bertanya apa yang akan dilakukan oleh pihak ASDP. Tentunya saya juga sambal memantau informasi via twitter karena pihak ASDP sudah menaruh informasi di twitter juga. Kapal kami baru dapat lepas dari pulau saat air pasang yaitu hampir jam 17.00 jadi total 5 jam kami di kapal tanpa kepastian.

Kalau di lihat cerita di atas, maka bagi penumpang kapal pastinya mempunyai pilihan untuk bersikap, apakah mau gelisah, marah-marah, panik, atau bersikap tenang. Mengapa kami bersikap tenang? bahkan dalam penantian, kami bertiga sempat tertidur di atas meja dan kursi. Karena kami melihat para petugas kapal tidak diam saja. Dalam waktu 1 jam regu penyelamat sudah tiba dari beberapa unsur. Kemudian ada usaha penarikan kapal beberapa kali tetapi gagal, sehingga kami tahu bahwa ada usaha tetapi belum berhasil, dan mereka terus mencari upaya untuk membuat penumpang tetap tenang dan nyaman. Bahkan kepada penumpang yang tidak membawa mobil ditawarkan untuk menggunakan kapal penyelamat ke daratan. Dan yang kami persiapkan secara mental saat di awal mengetahui kondisi kapal adalah kami melihat semua awak kapal tidak panik dan tidak dalam kondisi mempersiapkan evakuasi, misal kapal dalam kondisi akan tenggelam atau apapun. Itu yang membuat kami juga jadi lebih bisa mempersiapkan mental, tentunya dengan kewaspadaan tinggi. Kami langsung mengecek tempat pelampung di lantai tempat kami duduk dan tempat sekoci, sehingga dalam kondisi darurat kami bisa langsung bertindak.

Bagaimana sebenarnya seseorang sebaiknya bertindak dalam kondisi seperti ini? Tips dari saya adalah tetap tenang, dan dibawah ini tips-tips lainnya:

CARI TAHU DARI ORANG YANG TEPAT

Dalam kondisi seperti ini, sering orang lebih banyak spekulasi dan membuat kesimpulan sendiri. Mendapatkan informasi bukan dari orang seperti ini akan membuat informasi yang tersalurkan belum tentu akurat dan membuat kepanikan sendiri. Cerita mengenai spekulasi tersebut akan terus berkembang dan akhirnya berkembang secara liar. Bertanya pada orang yang tepat dalam hal ini berwenang, akan membuat seseorang mengetahui apa yang terjadi sebenarnya tanpa perlu di tambah-tambahkan. Bagaimana kalo kejadian sebenarnya ditutup-tutupi? Saya selalu percaya bahwa semua jalan hidup xeseorang ditentukan oleh Allah dan bukan oleh manusia, jadi pasti ada hikmah atau maksud dibalik dari setiap kejadian. Kalaupun ditutup-tutupi oleh orang tersebut, mungkin dia hanya ingin membuat penumpang tidak panik. Kalau orang panik, maka bisa berbuat apa saja yang bisa membahayakan diri dia dan orang lain.

MENYIAPKAN DIRI SECARA MENTAL DAN FISIK

Saat kami sudah mengetahui apa yang terjadi dan belum tahu berapa lama proses untuk penarikan kapal, akhirnya kami membuat keputusan untuk segera memesan makan siang dari kantin, dengan perhitungan bahwa saat itu sudah menjelang makan siang, dan pastinya proses penyelematan akan melebihi waktu makan siang.

Kemudian karena perhitungan awal kami sudah akan sampai di rumah sore hari, dengan kejadian itu kami menyadari bahwa kami akan menjalani perjalanan yang lama dan panjang. Itulah sebabnya akhirnya kami memutuskan untuk tidur, walaupun posisi tidur tidak enak. Terutama suami yang akan menyetir sampai ke rumah. Walaupun saya tidak menyetir minimal saya akan menemani suami pada saat beliau menyetir dan berjaga sepanjang perjalanan tersebut. Dan bersyukur karena kami cukup istirahat, saat kami baru bisa memasuki pulau Jawa jam 20.30 dan menjalani perjalanan dari tol ke tol sampai ke rumah jam 23.30, suami dan saya dalam kondisi fresh tanpa mengantuk, walaupun perjalanan kami dimulai jam 6 pagi.

Dan juga kami menyiapkan mental kami untuk menunggu. Menunggu adalah sesuatu yang tidak menyenangkan, apalagi menunggu tanpa tahu berapa lama. Kami semua menyiapkan mental sendiri dengan berpikir bahwa kami masih bersyukur posisi kapal walaupun kandas tidak menjadi lebih buruk, dan kami masih bisa beraktivitas seperti berjalan, sholat ke kamar mandi, dan memesan makanan. Jadi saat kami bisa bersyukur dengan kondisi itu, kami akhirnya bisa menghadapi kondisi menunggu berjam-jam.

TETAP WASPADA

Tentunya walaupun kami tetap tenang, kami tetap waspada, karena bukan tidak mungkin ada orang-orang yang akan mengambil kesempatan dalam kondisi seperti itu. Kami tidak pernah meninggalkan meja kami dalam kondisi kosong, minimal ada satu orang di meja kami, karena ada beberapa benda berharga seperti dompet dan laptop. Saat kami semua tidurpun, kami tidur di atas tas kami, sehingga tidak memberikan kesempatan kepada orang untuk berbuat yang tidak menyenangkan.

Selain itu, kami juga terus menerus melihat selama proses evakuasi apakah kondisi kapal memburuk atau tetap seperti itu. Ini untuk mempersiapkan diri apabila diperlukan proses evakuasi dan kami harus segera menyelamatkan diri.

Ketiga tips diatas sebenarnya pernah juga saya gunakan dalam beberapa situasi darurat, dan yang selalu saya lakukan adalah saya bersikap tenang. Karena kalau saya bersikap tenang maka pikiran saya akan bisa lebih berpikir jernih. Dan praktek ini terbukti juga ampuh saat saya menghadapi kondisi-kondisi darurat dalam dunia karir saya. Dalam dunia kerja sering sekali dihadapkan pada posisi harus mengambil keputusan dengan cepat dalam kondisi tertekan atau waktu yang pendek. Dengan melatih untuk selalu tenang, maka seseorang akan bisa mengambil keputusan mana yang akan menjadi prioritas.

Kondisi diatas memperlihatkan juga bahwa saya memutuskan prioritas saya adalah BERSIAP MENGHADAPI SITUASI APAPUN dengan menentukan apa yang bakal dikerjakan dalam kondisi saat itu. Apabila Anda merasa bahwa Anda mudah panik dan terpengaruh keadaan, Anda dapat menghubungi seorang Coach untuk bisa berproses bersama menghadapi keadaan.