Dalam hidup seseorang pasti ada waktunya kita perlu meminta pertolongan orang lain. Tetapi terkadang bagi Sebagian orang meminta pertolongan mempunyai arti yang berbeda. Ada yang meminta pertolongan hanya karena merasa malas mengerjakan hal tersebut, atau sebaliknya kalau meminta pertolongan menunjukkan ketidakmampuan. Ada juga yang merasa bahwa gengsi meminta pertolongan apalagi meminta pertolongan kepada orang yang lebih junior atau senior karena dianggap tidak cukup mengerti yang dibutuhkan. Semua itu muncul karena asumsi yang ada di dalam pikiran seseorang.
Padahal dalam kehidupan bersosial maka meminta pertolongan adalah bagian dari kehidupan. Tentunya meminta pertolongan bukan dalam rangka memanfaatkan keahlian seseorang tanpa menghargai keahlian yang dimiliki. Dalam pekerjaan sebagai seorang Konsultan dan Professional Coach, saya sering menemui kondisi-kondisi seperti ini. Salah satu klien saya merasa cukup tertekan karena kondisi bisnis sedang dalam keadaan tidak menguntungkan, dan saat berdiskusi dengan saya, dan saya tanyakan beberapa pertanyaan salah satunya apa yang dapat membantu kondisi, klien saya menyatakan bahwa meminta pertolongan kepada para karyawan untuk dapat memikirkan tambahan jenis bisnis baru untuk membantu menambah pendapatan akan menolong kondisi ini. Tetapi klien saya ragu-ragu untuk meminta pertolongan pada para karyawan karena merasa bahwa karyawan akan menolak dan nantinya justru akan memanfaatkan kondisi ini. Saat saya mengajak beliau berpikir, bagaimana kalau yang terpikir sebaliknya, dimana para karyawan ingin membantu tetapi takut ditolak, beliau termenung dan akhirnya menyadari bahwa beliau belum mencoba dan sudah punya asumsi terlebih dahulu.
Klien saya yang lain memiliki masalah dalam kehidupan personal nya dengan menjadi andalan keluarga karena orang tua sedang sakit sementara pada saat bersamaan klien ini harus menata kehidupan profesionalnya untuk mendapatkan pekerjaan. Mencari kerja menjadi sullit karena dalam proses nya sering sekali terganggu dengan harus menjawab telpon dari keluarga, salah satunya saat sedang interview kerja. Saat berdiskusi bersama saya, beliau menyadari bahwa ada rasa bersalah apabila tidak menjawab saat interview, karena seolah-olah mengabaikan kondisi yang sedang dialami keluarga. Dalam perjalanan diskusi itu, beliau akhirnya menyadari bahwa sesi interview tidak akan memakan waktu seharian tetapi hanya mengambil paling lama 2 jam dari hari tersebut, dimana beliau perlu untuk fokus dan tidak terganggu. Keluarga tidak dapat disalahkan karena menghubungi di jam-jam sedang melakukan interview, karena keluarga tidak mengetahui kondisi tersebut. Akhirnya beliau sadar bahwa asumsi bahwa keluarga tidak perlu tahu saat beliau sedang melakukan interview, memberikan dampak tidak baik bagi dirinya karena kebutuhan untuk fokus menjadi hilang dan akhirnya gagal dalam beberapa kali proses interview. Beliau sadar bahwa komunikasi menjadi hal penting kepada keluarga nya untuk menghadapi kondisi personal dan professional nya.
Dari cerita-cerita di atas terlihat bahwa asumsi-asumsi yang dimiliki seseorang mencegah seseorang untuk melihat perspektif yang berbeda dan akhirnya mencegah orang tersebut untuk bisa meminta pertolongan kepada orang lain padahal saat itu persoalan tersebut tidak dapat ditangani sendiri. Asumsi-asumsi akan ditolak juga menjadi ketakutan tersendiri bagi seseorang meminta pertolongan. Meminta pertolongan menjadi butuh keterbukaan dari pikiran dan hati seseorang untuk menjalaninya. Dan tentunya kemampuan komunikasi seseorang.
Cerita-cerita bahwa seseorang merasa stress, overwhelming, need healing, terkadang obatnya hanya satu yaitu meminta pertolongan kepada orang lain. Bagaimana mengukur bahwa diri kita sudah membutuhkan pertolongan? Tips di bawah ini akan membantu Anda untuk mengukur diri Anda:
SADARI kemampuan Anda
Terkadang seseorang ingin memaksa diri untuk dapat mengerjakan semua hal sekaligus atau menunjukkan kepada orang lain bahwa Anda mampu. Kondisi ini menjebak seseorang untuk terus berusaha tanpa menyadari bahwa ada kondisi-kondisi tertentu yang harus menjadi pertimbangan, salah satunya prioritas dan pembagian waktu dalam kehidupan Anda.
Saya orang yang senang belajar hal baru, apapun bentuknya, termasuk senang belajar membuat website dan animasi. Di awal karir saya sebagai freelancer saya mencoba belajar dan mengerjakan semua sendiri. Tetapi pada satu titik saya sadar bahwa ini membutuhkan waktu yang akan memakan waktu saya untuk lebih fokus pada hal yang lebih akan berdampak kepada diri saya. Dengan tuntutan profesi dan saat bersamaan sedang menuntut ilmu dengan kuliah lagi, akhirnya saya sadar bahwa saya harus membuat prioritas dan menginvestasikan waktu saya kepada hal yang lebih berdampak. Dan saya mengukur dampak saya belajar membuat website dan animasi bukanlah sesuatu yang akan menjadi mata pencaharian saya di masa mendatang. Kebutuhan membuat website hanya satu kali untuk membuat website saya, dan akhirnya saya memutuskan untuk meminta pertolongan orang yang memang sudah mempunyai keahlian dalam hal tersebut. Ada yang bertanya kepada saya, apakah tidak sayang uang yang saya keluarkan, dan jawaban saya adalah itu adalah investasi saya dan cara saya memberikan rejeki kepada orang lain.
Tugas Kelompok atau Individu?
Dalam profesi saya, sering saya temui client sering merasa lebih baik mengerjakan semua sendiri supaya hasilnya lebih baik. Tetapi dalam melaksanakan pekerjaannya client ini sambil merasa frustasi karena orang lain tidak bisa mengerjakan sebaik dia mengerjakan. Hal ini disebabkan karena pengalaman masa lalu dan yang satu lagi karena dirinya perfeksionis.
Apabila Anda mengalami kondisi ini, maka yang harus Anda lakukan, refleksikan apakah ini memang tugas Anda sendiri atau tugas kelompok? Apabila ini tugas kelompok dan hanya dikerjakan oleh Anda seorang diri maka sebenarnya Anda tidak menolong orang lain untuk belajar. Dan apabila Anda seorang leader dan merasa lebih baik Anda yang mengerjakan pekerjaan tersebut karena team Anda tidak dapat mengerjakannya, maka pertanyaan yang harus Anda tanya kepada diri sendiri adalah, apa yang membuat Anda mengeluarkan gaji bagi karyawan Anda sementara Anda juga tetap mengerjakan pekerjaan tersebut?
Membuat hasil sempurna adalah satu tujuan tetapi mencapai tujuan tersebut perlu proses dan proses itulah yang harus dinikmati dan dihadapi, termasuk memberikan pelatihan maupun membiarkan seseorang membuat kesalahan (asalkan tidak berulang).
Meminta pertolongan BUKAN MEMANFAATKAN ORANG
Ada situasi dimana terkadang bagi seseorang ingin meminta pertolongan dianggap memanfaatkan kemampuan atau kebaikan hati orang lain. Dalam situasi ini, yang harus disiapkan oleh seseorang apabila ingin meminta tolong, maka ukur dahulu bagian mana Anda akan meminta pertolongan. Seperti cerita saya diatas, pertolongan yang saya minta karena kemampuan dan saya sadar waktu yang saya milliki tidak banyak sementara saya harus mengatur prioritas.
Ukurlah dampak dari pertolongan orang tersebut, manfaat apa yang Anda dapatkan dan apa yang akan didapatkan oleh orang tersebut. Sebaiknya saat seseorang menolong Anda, Anda juga bisa memberikan keuntungan (Tidak selalu dalam bentuk uang) kepada orang tersebut. Dalam pekerjaan saya sebagai seorang konsultan, terkadang saya butuh mengolah data, saya menawarkan kepada salah satu fresh graduate untuk membantu saya, dan saya jelaskan keuntungan apa saja yang akan didapatkan dari pengolahan data tersebut. Dan sang fresh graduate langsung menyetujui dan bahkan sempat menyatakan bahwa yang diambil pengalamannya sehingga mengerti proses nya dan tidak harus dalam bentuk imbalan uang (walaupun tentunya saya tetap memberikannya). Dan ini yang sering saya lakukan bahkan saat masih di korporasi dahulu. Saya akan memikirkan keuntungan apa yang didapat oleh orang tersebut apabila menolong saya.
Ketiga tips di atas akan membantu saat Anda ingin meminta pertolongan dan mengerti kapan saya harus meminta pertolongan dan bagaimana sebaiknya pertolongan itu didapatkan.
Yang selalu harus di ingat adalah ANDA TIDAK HIDUP SENDIRI sehingga meminta pertolongan adalah hal yang wajar selama Anda tidak memanfaatkan orang atau menyalahgunakan pertolongan tersebut. Dan jangan lupa bahwa apabila tidak ada seorangpun yang dapat menolong Anda maka doa kepada Allah adalah yang akan membuat Anda dapat menemukan jalannya.
Ati
Related posts
Meet your Coach & Trainer
"The Best Way to Grow is using Your Own Potential" - Sugiarti Rosbak
Sugiarti, dikenal dengan Mbak Ati atau Bude Ati, memulai karir sebagai Professional Coach, Trainer dan Konsultan sejak 2020. Mengikuti purpose in life yaitu “To Grow the Tree”, Sugiarti melabel program yang ditawarkan dengan “Grow with Ati”. Sugiarti mempercayai bahwa proses membangun talent dan business sama dengan proses menanam pohon. Pohon akan bertumbuh apabila penanganannya tepat sesuai dengan potensi pohonnya. Demikian juga karir dan bisnis seseorang. Fokus Sugiarti adalah pada proses Career & Business Transition berdasarkan pengalaman pribadinya yang bertansisi dari karyawan perusahaan selama 30 tahun dengan membangun karir dan bisnis sebagai seorang freelancer. Pengalaman membantu karyawan bertransisi selama 20 tahun di dunia HR dan pengalaman membangun bisnis ini yang menjadi kekuatannya untuk bisa membantu klien nya dalam sesi-sesi Coaching dan Training yang dilakukan.
Let’s Grow Together with Sugiarti Rosbak
Categories
- Aktivitas (10)
- Business (14)
- Career (21)
- Personal Development (22)
- Talent & Organisation (8)
Social Media