Berkarir selama 30 tahun dalam dunia korporasi dengan diawali karir sebagai seorang Sekretaris sesuai latar belakang pendidikan, membuat kehidupan yang dekat dengan transisi di dalam kehidupan saya. Cita-cita menjadi seorang Sekretaris, tidak pernah terlintas dalam pikiran masa kecil, tetapi kondisi yang harus merubah mimpi menjadi sesuatu yang lebih mudah untuk bekerja, dan pilihan menjalani pendidikan sebagai seorang Sekretaris didasari dengan melihat bahwa saat itu posisi seorang Sekretaris atau Admin adalah posisi yang pasti dicari oleh semua perusahaan.

Memulai karir Sekretaris diawali dengan bergabung dengan salah satu LSM Lingkungan Hidup, dilanjutkan bekerja di proyek pembangunan Gardu Induk listrik di salah satu konsultan Indonesia, yang bekerja sama dengan konsultan dari London, memberikan kesadaran bahwa bertumbuh dapat dilakukan asalkan mau belajar dan berusaha. Bergabung dengan salah satu perusahaan multinasional yang akhirnya menjadi tempat berkarya selama 28 tahun, membuat saya juga menyadari bahwa proses perjalanan karir seseorang bukan selalu ditentukan oleh perusahaan tetapi oleh diri sendiri.

Perjalanan karir di perusahaan multinasional diawali sebagai Sekretaris yang kemudian akhirnya membawa menjadi seorang HR Profesional selama 20 tahun, dan saat inilah disadari bahwa pekerjaan yang diinginkan adalah pekerjaan yang berinteraksi dengan manusia lain. Itu juga yang membuat pekerjaan sebagai seorang Sekretaris walaupun bukan mimpi saya menjadi sesuatu yang serius dijalani karena sebagai seorang Sekretaris dan Administrasi adalah berinteraksi dengan banyak orang.

Bekerja sebagai seorang Professional HR dengan berpindah-pindah posisi juga membentuk saya untuk mengerti bahwa dalam kehidupan seseorang selalu ada masa transisi, baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan professional. Yang lebih penting adalah bukan hanya transisi nya tetapi bagaimana bisa bertumbuh setelah masa transisinya. Dibutuhkan kemauan dan kemampuan untuk bisa terus mengasah diri sesuai dengan profesi yang dijalankan.

Saat memutuskan mengakhiri karir selama 30 tahun di korporasi dan terjun ke dunia Freelancer, transisi karir dan juga bisnis terjadi di dalam kehidupan saya. Dari hanya sebagai seorang karyawan yang menerima gaji setiap bulan, sekarang harus dapat mengelola bisnis sendiri sebagai seorang Professional Trainer, Coach & Consultant. Dan bersyukur bahwa karena saya mempunyai prinsip bahwa manusia itu belajar seumur hidupnya maka saya bisa belajar dari proses transisi ini.

Dan dari sesi-sesi Finding Your Purposse beberapa tahun lalu di korporasi dan saya menemukan bahwa Tujuan Hidup saya adalah “To Grow the Tree membuat saya menyadari bahwa selama kehidupan saya, saya bahagia apabila saya bisa membantu orang-orang bisa bertumbuh, dan terlebih lagi bisa bertumbuh dalam setiap masa transisi kehidupannya. Dan mempelajari teknik Coaching membuat saya jadi lebih bahagia lagi untuk dapat mendampingi para klien bukan hanya melalui training, tetapi juga proses coaching. Mempelajari Neuro Linguistic Program juga memperkaya pola pikir dan tentunya pola berproses bagi saya dan juga klien saya.

Dan itulah yang akhirnya membuat saya memutuskan untuk membentuk branding diri saya dengan Grow With Ati karena saya ingin membuat klien-klien dapat bertumbuh mencapai apa yang ingin dituju. Tetapi tentunya semua itu bertumbuh dengan menggunakan potensi dalam diri. Sesuai keyakinan saya bahwa semua manusia punya kemampuan untuk bertumbuh di dalam dirinya. Seperti tujuan hidup saya “To Grow the Tree” dimana saya percaya bahwa setiap pohon punya karakteristik masing-masing. Ada yang harus mendapat banyak sinar matahari, ada yang harus banyak air, dan penempatan serta bagaimana merawatnya itulah yang akan membuat dia bertumbuh. Sebagai seorang penggemar tanaman, inilah yang dilakukan oleh saya sehari-hari.

Tentunya tidak mudah untuk menemukan potensi diri seseorang, karena ada PROSES yang harus dilalui. Dan saya percaya, semua hasil yang diinginkan harus melalui proses. Bahkan memasak mie instant sekalipun perlu proses. Dan proses ini lah yang menjadi proses dasar bagi klien-klien saya di Grow With Ati. Semua klien adalah sahabat bagi saya karena seorang sahabat yang tulus adalah seseorang yang akan mendampingi saat seseorang sedang berproses.

Saat seseorang dapat menemukan potensi dan purpose nya maka CONFIDENCE diri untuk melangkah akan lebih terasa. Berikutnya yang harus dibangun tentunya adalah membangun MINDSET untuk bertumbuh. Salah satunya adalah kemauan untuk terus belajar dan berusaha. Terus belajar adalah untuk membuat diri bisa AGILE & RESILIENCE menghadapi kondisi dunia yang terus menerus berubah. Ini semua akan menjadi modal untuk memiliki ENERGI untuk BERTUMBUH. Dan proses bertumbuh bagi saya sendiri juga terjadi saat saya mendampingi para klien, sehingga saya bisa terus bertumbuh dari pengalaman-pengalaman yang saya dapatkan.

Kemampuan-kemampuan untuk berkomunikasi, mengelola emosi dan berproses dengan setiap fase dalam buku kehidupan, terkadang memerlukan proses untuk mengerti dan proses yang akan terjadi dapat melalui sesi-sesi training, coaching dan conselling. Dan dalam proses ini lah peran saya sebagai seorang Trainer, Coach & Consultant akan mendampingi para klien. Pertanyaan-pertanyaan yang sering datang ke saya lebih sering berhubungan dengan Coaching, karena masih banyak yang menganggap bahwa coaching sama dengan training.

Mengapa Harus Coaching? Ini salah satu pertanyaan yang hadir, dan penjelasannya adalah dibawah ini.

Coaching berbeda dengan Training, Konsultan, Konseling maupun mentoring. Masih banyak orang yang menganggap bahwa coaching sama dengan training, sehingga sering secara otomatis seorang trainer dipanggil Coach. Atau salah arti antara coaching dan mentoring, terutama di dunia korporasi. Jadi sebenarnya apakah coaching itu?

Coaching awalnya dari kata “coach” yang berarti alat transportasi berupa kereta kuda untuk mengantarkan seseorang dari satu tempat ke tujuannya. Kata “coach” masih digunakan saat ini di Eropa untuk menyebut kabin pesawat atau gerbong kereta api. Awalnya coaching digunakan oleh para dosen untuk membantu mahasiswanya menghadapi ujian dan baru di awal 1900an dikenal di dunia olahraga. Sang Coach akan bermitra bersama sang atlet untuk membuat strategi bagaimana mengatasi kekurangan sang atlet secara individu dan bisa tampil maksimal saat pertandingan, dan sang Coach belum tentu adalah seorang atlet yang pernah mengerjakan hal yang sama. Dan teknik coaching ini di adopsi di dunia pengembangan diri dan leadership pada tahun 1990 an.  

International Coaching Federation yang berdiri sejak 1995 membuat definisi coaching yaitu “hubungan kemitraan antara coach dengan individu yang dijalin melalui proses kreatif untuk memaksimalkan potensi personal dan profesional dirinya.” Seorang Coach menjadi mitra seseorang untuk bisa membantu seseorang menentukan goal dalam kehidupannya dan kemudian membuat strategi untuk langkah-langkah pencapaiannya dengan menggunakan potensi dirinya. Seorang Coach akan melakukan sesi coaching bukan pada masalah seseorang tetapi fokus kepada transformasi diri sang coachee/klien dengan teknik coaching. Dalam dunia pengembangan diri seseorang dari sisi karir, bisnis, leadership, sumber daya manusia maka dapat dilakukan kombinasi dari semua sesi training, mentoring dan coaching untuk bisa mengoptimalkan proses pengembangan diri dari semua sisi.

Perbedaan paling mendasar dari coaching dengan training adalah apabila dalam training, sang trainer yang menentukan tujuan dari program training dan dominasi pembicaraan dari sang trainer. Sementara dalam coaching, sang coachee/klien yang akan menentukan tujuannya dengan diskusi interaktif bersama sang Coach. Seorang trainer bisa menangani banyak peserta, tetapi dalam coaching lebih sering dilakukan one on one coaching ataupun apabila group, tidak lebih dari 5-10 orang untuk bisa fokus dalam berproses.

Dalam dunia korporasi, ada beberapa salah pengertian yang menyatakan bahwa sesi coaching adalah sesi berbagi ilmu atau menangani karyawan bermasalah. Sesi berbagi ilmu adalah mentoring selain training. Perbedaan mendasar dari mentoring dan coaching adalah, seorang mentor harus pernah mengerjakan pekerjaan tersebut dan berbagi pengetahuan. Sementara coaching, seorang coach tidak harus pernah mengerjakan pekerjaan tersebut karena fokusnya pada diri sang coachee. Dan coaching juga digunakan BUKAN hanya menangani karyawan bermasalah, tetapi penanganan karyawan bertalenta yang mempunyai high performance dengan teknik coaching akan sangat membantu sang karyawan berproses untuk bisa bersiap menuju ke jenjang karir berikutnya.

Demikian juga dalam dunia wirausaha, coaching digunakan untuk membantu pebisnis apabila ingin memulai atau mengembangkan. Seorang Business Coach akan membantu sang pebisnis untuk melakukan proses identifikasi baik tantangan maupun kondisi pebisnis supaya bisa berproses dalam membangun bisnis.

Seorang Professional Coach adalah seseorang yang sudah terlatih dan tersertifikasi untuk dapat melakukan sesi coaching kepada semua jenis individu dengan fokus kepada beberapa spesialisasi seperti karir, bisnis, leadership dan beberapa jenis lainnya.

Pengalaman sebagai internal Trainer di perusahaan multinational selama kurang lebih sepuluh tahun dan diperkaya dengan kemampuan Coaching, yang dimulai dengan menjadi Internal Coach serta Neuro Linguistic membuat semua proses dalam program Grow With Ati mengedepankan metode-metode bukan hanya satu arah tetapi selalu interaktif dalam sesi-sesi pelatihan yang membuat para klien merasa bebas untuk melakukan eksplorasi diri. Dan website ini adalah salah satu media bagi saya untuk menuangkan pemikiran-pemikiran saya dan aktivitas-aktivitas saya sebagai seorang yang berkecimpung dalam dunia Human Development.

Mari Bertumbuh bersama Ati dengan klik www.growithati.com atau menghubungi telpon yang ada di dalam website!!!