77 tahun umur kemerdekaan Indonesia di tahun ini. Setelah 2 tahun perayaannya tidak diadakan di kompleks, kampung dan lain-lain, sekarang sudah merdeka untuk mengadakan acara. Dengan jaman social media seperti sekarang, semua ucapan dan foto juga bertebaran di social media. Saya sempat melakukan perjalanan darat ke Jawa Tengah di minggu lalu dan melihat kemeriahan di setiap kampung atau desa yang dilalui. Selain bendera, juga terlihat spanduk dan dekorasi-dekorasi menarik. Tetapi muncul pertanyaan di dalam diri, yaitu sebenarnya apaarti Merdeka?

Buat saya sendiri, merdeka dimaknai dengan seseorang memiliki kemerdekaan untuk memilih. Life is about Choice kata orang, dan makna nya adalah setiap individu bisa memilih apapundalam kehidupannya. Bagi beberapa orang, sering berkata kepada saya “saya tidak punya pilihan, saya harus melakukan A atau B”. Apabila seseorang berada pada posisi “HARUS MELAKUKAN” maka yang lebih penting adalah memilih bagaimana menghadapi keadaan tersebut. Apakah memilih untuk menyalahkan keadaan atau seseorang yang memaksa dia melakukan hal tersebut ATAU melakukan kegiatan tersebut dengan berpikir bagaimana akan memberikan yang terbaik.

Bagi kebanyakan orang, lebih mudah untuk mencari kambinghitam dengan menyatakan bahwa “saya korban keadaan”. Saya ingat dahulu pernah mempunyai seorang atasan yang sangat “workaholic” dan tuntutan sebagai atasan sangat banyak. Saatitu posisi saya masih sebagai seorang sekretaris satu divisi, dan tanggung jawab saya membantu beberapa orang sekaligus selainatasan saya. Saya di pindahkan menjadi sekretaris beliau, karena beberapa sekretaris pendahulu saya merasa tidak sanggup sebagai sekretarisnya. Saat pertama-tama saya menjadi sekretarisnya tentunya juga kaget waktu menyadari beban pekerjaan dan dalam beberapa kesempatan saya harus pulang di atas jam 20.00 sementara untuk sampai ke rumah membutuhkanwaktu lebih dari 1 jam menggunakan kendaraan umum. Tetapi saat itu saya ingat sempat berdiskusi dengan almarhumah ibu saya, dan beliau menyatakan seperti ini “kamu punya pilihan untuk terus menggerutu dan akhirnya tidak akan membuat pekerjaan kamu berkurang atau kamu jalani prosesnya dan ambil pelajarannya”. Dan itu membuat saya jadi berpikir yang berakhir dengan saya menikmati saja proses pekerjaan tersebut. Dan sekarang saya merasakan hikmahnya terutama setelah saya bekerja sebagai seorang Freelancer. Banyak pengetahuan dan cara kerja yang saya lakukan dulu terpakai saat ini.

Cerita di atas memperlihatkan bahwa kadang seseorang punya kemerdekaan untuk memilih, hanya tinggal orang tersebut yang menentukan apakah kemerdekaan pilihan itu akan digunakan atau tidak. Ini juga menjadi salah satu point dari Fish Philosophy kalau Anda pernah mendengar. Saya mengenal filosofi ini saat masih bekerja di korporasi dan menjadi filosofi team HR.

Fish Philosophy ini diambil dari kegiatan pasar ikan. Kalau seseorang pergi ke pasar ikan maka yang terbayang adalah aroma nya, becek, jorok dan terkadang pelayanan sang penjual ikan. Tetapi di Pike Place Fish Market di Seattle – Amerika Serikat, ada cerita berbeda. Pengunjung sangat senang berkunjung ke pasar ikan ini, karena pelayanannya membuat para pengunjung tidak mempunyai bayangan yang tidak menyenangkan. Filosofi yang dipegang oleh para pedagang adalah:

  1. Make Their Day (Jadikan hari mereka indah)
  2. Choose Your Attitude (Pilih perilaku apa yang ingin ditampilkan)
  3. Play (Buatlah tugas yang dikerjakan menjadi sesuatu yang menyenangkan)
  4. Be Present (Hadir sepenuhnya saat mengerjakan tugasmu)

Kalau dilihat dari filosofi diatas, salah satunya adalah Memilih perilaku yang akan ditampilkan. Pada hari itu perilaku apa yang ingin ditampilkan oleh sang pedagang. Tentunya ini berlaku juga dalam melakukan pekerjaan sehari-hari atau apapun yang dihadapi oleh seseorang dalam kehidupan.

Salah satu contoh adalah apabila seseorang mempunyai masalah di rumah, kemudian berangkat bekerja, maka seseorang punya kemerdekan untuk memilih apakah masalah dari rumah ingin di bawa ke kantor sehingga mempengaruhi motivasi kerja di hari itu atau memilih untuk “meninggalkan masalah di rumah tetap di rumah”. Begitu juga sebaliknya, seseorang merdeka untuk memilih apakah ingin menikmati waktu bersama keluarga tanpa membawa pikiran mengenai pekerjaan kantor di rumah.

Kembali ke cerita saya di atas, saat saya mempunyai atasan dengan tuntutan pekerjaan dan tanggung jawab yang cukup tinggi, pastinya saya juga dalam kondisi tidak menyenangkan. Dan saat seseorang menghadapi kondisi seperti ini, maka dia punya kemerdekaan untuk memilih perilaku seperti apa yang ingin diambil.

Dalam dunia kerja, sering sekali seseorang dihadapkan pada kondisi seperti ini, mempunyai atasan, rekan kerja atau lingkungan yang tidak menyenangkan. Tetapi yang sering dilupakan adalah seseorang punya kemerdekaan untuk memilih tindakan apa yang ingin diambil. Apabila mempunyai kesempatan untuk meninggalkan kondisi itu dengan langsung berpindah kerja, maka itu adalah pilihan untuk meninggalkan lingkungan yang tidak menyenangan. Tetapi apabila tidak atau belum mempunyai kesempatan tersebut, maka yang harus diingat adalah seseorang selalu mempunyai kemerdekaan untuk untuk memilih perilaku apa yang ingin diambil. Lingkungan sekitar boleh saja disebut “toxic” tapi seseorang bisa tetap berjalan sesuai kepribadian diri nya.

Jadi pilihan apa yang sering diambil oleh Anda? Terkadang Anda membutuhkan teman berdiskusi untuk mengetahui pilihan apa yang bisa diambil. Silahkan hubungi Career Coach Anda untuk bisa memantapkan diri terhadap pilihan yang ingin diambil.